Try to Escape!
“Disini
kalian rupanya! Aduh, saya sangat parno, saya pikir kalian hilang!” Ternyata
Mas Supri! Kami sangat lega sekaligus penuh tanda tanya saat melihatnya. “Ayo
kesini mas! Saya tadi ndak sengaja menemukan sesuatu di kamar mandi!” Tanpa ba
bi bu kami semua segera berlari ke kamar mandi dan melihat apa yang ditulis di
blog. Sebuah potongan tulang kaki menyembul dari dalam tembok. Bahkan ada bau
yang sangat menyengat. Mungkin saja berasal dari mayat didalam tembok itu. “Ini
orangnya pasti dikubur didalam tembok! Ayo kita buka aja mas!” Kata Mas Supri
sambil mencoba memukuli tembok dengan wastafel yang jatuh dilantai. Tiba – tiba
Tama menyela dan berkata, “Mas Supri. Jujur saja saya merasa ada yang janggal
dengan kamu mas. Kami menemukan barang – barang ini di atas, foto – foto di dalamnya
adalah wajah mas, tapi namanya adalah Kurniawan Santo.” Mas Supri langsung
menjawab, “Ah itu memang punya saya! Oh nama saya Kurniawan Santo ya? Saya lupa,
kan semua lupa. Ha ha ha.” Mas Supri mau mengambil ranselnya tapi Tama
menjauhkannya dan melanjutkan kalimatnya, “ Bukan cuma itu. Saya inget mas
waktu mas bilang nama istri mas adalah Indri. Bukannya harusnya mas udah ndak
inget tuh? 6 hari yang lalu saja Kurniawan Santo ini sudah kehilangan banyak ingatan,
yang logikanya harusnya saat ini sudah kehilangan semua ingatan nama dan lain –
lain. Orang kami aja sudah ndak inget nama siapapun kecuali nama kami sendiri.”
Aku nggak menyangka Tama sudah memikirkan sejauh itu. Mendengar argumen Tama,
bulu kuduk ku langsung berdiri.
Mas
Supri hanya terdiam sambil menunduk. Kami mulai mengambil langkah mundur
perlahan. Ini jelas – jelas tidak beres. “Gagal lagi. Gagal lagi. Aku cuma
pengen punya tubuh saya sendiri mas. Aku bosan meminjam wajah orang.” Tiba –
tiba kulit Mas Supri seperti terkelupas pelan – pelan dari tangan, wajah, lalu
seluruh tubuh. Semua rambutnya rontok dan dagingnya perlahan membusuk dengan
bau yang menyengat. Kami sadari inilah sosok bayangan hitam yang kami temui
tadi dengan wujud yang lebih jelas. Inilah hantu yang sebenarnya. Mas Supri
adalah hantu yang sebenarnya! “Ger pintu kamar mandinya ndak bisa dibuka! Ger!!”
Tanpa mempedulikan kami yang sedang mendobrak – dobrak pintu, hantu ini membuka
tirai bath tub dan telihatlah
pemandangan yang sangat mengerikan. Tumpukan mayat yang beberapa masih baru dan
beberapa sudah membusuk. Inilah sumber bau menyengat yang sebenarnya. Dengan
suara parau, hantu berkata, “Kalian gabung sama mereka saja ya? Kumpulan orang –
orang yang mengabaikanku.”
Hantu
ini mendekati kami. Aku mengambil wastafel yang jatuh tadi dan mencoba memukul
hantu ini. Tapi tidak berhasil, tembus! Yang tidak adil adalah meskipun begitu,
si hantu masih bisa memegang kami bahkan mencekik kami berdua. Dia mengeluarkan
pisau berkarat dari tumpukan mayat di bath
tub seraya berkata, “Saya penggal saja ya, lalu kepala kalian saya pajang
supaya saya ingat dan bisa memakainya sebagai wajah saya.” Aku sadar bahwasanya
aku dan Tama ini memang rupawan sehingga wajah kami mau dipakai, tapi what the fak Gery?? Ini bukan saatnya memikirkan
itu! Dengan terengah dan terbatuk – batuk, Tama berusaha membuka pintu lagi
namun tak berhasil. Mungkin inilah akhir dari kami. Tamat sudah riwayat kami. Terlintas
dimataku memori kehidupan yang masih tersisa. Aku ingat bagaimana aku dan Tama
bertemu sewaktu SMP. Dimana Tama memanggil aku “Hey” karena tidak tahu namaku.
Dan persahabatan kami yang berjalan sampai kuliah tingkat akhir. Perlahan
nafasku mulai habis, tinggal menunggu saja kapan si hantu mau memotong leherku.
BRAK!
Bukan itu bukan suara leher yang terpotong. Kalau leher yang terpotong bunyinya
pasti “crot”. Ternyata pintu kamar mandi didobrak dari depan dengan kursi dan
yang melakukannya adalah orang lusuh yang keluar dari lemari kamar tadi. Dia
langsung melemparkan serbuk kearah kami dan si hantu. Si hantu itu menjerit
dengan suara yang mendengung di telinga lalu menghilang. Saat serbuk itu
mengenai wajahku dan masuk ke mulutku, rasanya asin. Ini adalah garam. “Kalian
tidak apa – apa?” kata lelaki itu. Aku menjawab, “Hampir mati tadi, tapi tidak
apa – apa sekarang. Kamu kok bisa tahu kalau garam bisa mengusir hantu?” Dia
berpikir sedikit lalu menjawab, “Entah aku lupa apa judulnya, tapi aku pernah
lihat seri di televisi kabel tentang 2 bersaudara perempuan pengusir setan yang
menangkal setan dengan garam.” Aku masih ingat! Itu Seri Supranaturale! Aku
langsung menjawab dengan semangat, “Itu Supranaturale! Kamu juga lihat toh?!
Saya suka banget itu! Apalagi si Deanna, kakak perempuannya. Cantik dan keren banget ya!” Obrolan fans pun muncul
diantara aku dan lelaki lusuh ini. Dia juga menjawab dengan semangat dan
kamipun menjadi dekat dalam sekejap mata. “Uh.. Teman – teman. Bagaimana kalau
kita mencari jalan keluar dari sini mumpung hantunya sudah lenyap.” Lelaki itu
menjawab, “Tidak! Dia tidak lenyap. Garam itu fungsinya cuma repellent.” Aku mengiyakan lalu menambahkan,
“Iya Tam. Itu kayak misalnya LAUTAN, lotion anti nyamuk itu lho. Dia ndak
mbunuh nyamuk kayak obat nyamuk semprot, tapi cuma bikin nyamuk menjauh
sementara. Sewaktu – waktu syaiton tadi masih bisa balik!”
Kami
harus berpikir cepat, kami harus menemukan cara untuk melenyapkan syaiton itu.
Aku mendapat ide, “Bagaimana kalau kita lakuin cara memusnahkan setan kayak
yang ada di Supranaturale. Garam saja berhasil untuk menangkal setan seperti di
seri, mungkin saja hal yang lain juga!” Kamipun langsung menyusun strategi. Kalau
sesuai dengan yang di seri, cara melenyapkan setan adalah membakar semua yang
tersisa dari tubuhnya dengan minyak tanah dan garam. ”Inget yang dikatain si
setan tadi Ger? Pas dia meminta kita mengeluarkan mayat dalam tembok? Dia bilang
dia cuma pengen punya tubuh dia sendiri. Berarti mayat dalam tembok itu adalah
dia!” Lah, tumben si Tama inget macem – macem nih. Biasanya dia selalu lupaan. Kami
akhirnya membagi tugas. Aku dan Tama memecahkan tembok untuk mengeluarkan mayat
itu dan lelaki itu mencari garam lagi di dapur dan juga minyak tanah, karena
dialah yang lebih tau banyak mengenai rumah ini. Segera kami mengerjakan
rencana kami.
Mayat
yang kami pahat keluar dari tembok sudah 75% terlihat. “Sedikit lagi, Tam!”
Dengan bersemangat sekaligus panik kami terus memahat dan memahat sampai kami
mendengar suara teriakan si lelaki tadi dari arah dapur. “Tam kamu lanjutin
dulu sebentar aku mau lihat itu kenapa si abang.” Aku segera berlari menuju
dapur. Si hantu sudah kembali dan sedang mengejar – ngejar lelaki itu! “Bro! Ini
minyak sama garemnya! Koreknya ada di dalam ransel saya di bagian sebelah kiri!”
Lalu kami main lempar tangkap. “Sudah langsung bakar aja bro! Saya lari dulu!
Salam Super!” Dia langsung berlari dan masih dikejar hantu tadi. Larinya
kenceng juga. Pasti tontonannya Silver Ways. Itu lho acara motivasi yang
pembicaranya Maria Tegar. Langsung saja aku kembali ke kamar mandi, dan
ternyata Tama sudah selesai mengeluarkan mayat itu. Langsung kusiram dengan
minyak, taburi dengan garam, dan sulut dengan api. Berasa barbekyuan nih.
Seluruh
tubuh dari mayat ini sudah terbakar. Tiba – tiba saja terjadi gempa yang besar
dan membuat kami bertambah panik. “Ayo Tam! Keluar dari sini! Belum sempat
berlari jauh kami terjatuh karena begitu kuatnya gempa yang terjadi. Kulihat
Tama terguling dan menabrak tembok, dan akhirnya tidak sadarkan diri. “ Tam!
Kamu pingsan ya? Woy!!” Sungguh pertanyaan yang bodoh. Tapi tolong dimaklumi
lah ya. Ini sedang situasi sulit nan rumit. Sang lelaki tiba – tiba muncul,
berlari kearahku. Lalu tersandung kakiku dan jatuh pingsan juga. Naas lah ya. Di
belakangnya hantu itu terbakar layaknya tubuhnya yang telah kami bakar. Berhasil
seperti di seri Supranaturale. Lalu hal terakhir yang kuingat adalah ada benda
yang terantuk ke kepalaku dan semua berubah menjadi gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar