Try to Solve This
“Ger,
bangun ger! Jangan mati!” Tama menggoyang – goyang tubuhku mencoba membangunkanku
dari pingsanku. “Aku belom mati kampret!!” Kami masih berada dalam rumah angker
bersama dengan lelaki yang menolong kami. Kulihat langit di luar jendela sudah
terang. Terdengar suara mobil dan motor dari arah luar. Dari apa yang terasa
saat ini sepertinya kami sudah selamat! Bravo!
“Kita selamat teman – teman! Kita selamat!” Ujar sang lelaki. Untuk pertama
kalinya kami bisa melihat wajah si lelaki itu dengan jelas. Wajah itu adalah
wajah pemilik blog! Dialah Kurniawan Santo yang asli! Sebelumnya kami tidak
menyadarinya disebabkan penampilannya yang sudah sangat lusuh dan penerangan
yang sangat kurang di dalam rumah. Lalu yang kami sadari lagi adalah, ingatan
kami sudah kembali! Kami sudah ingat tujuan kami untuk mencari referensi
skripsi, keluarga kami, dan aku sudah ingat pacarku yang cantik, namanya adalah
Lina. Kontak di HP, chat Yellowberry dan sebagainya sudah kembali.
Langsung
saja kami mengambil semua barang kami dan keluar ke halaman rumah. Ya, sekarang
kami sudah bisa keluar rumah! Hore! Kami menikmati indahnya pemandangan ilalang
yang sebenarnya nggak indah – indah amat. Masa bodo lah ya, menurut kami itu
indah karena apa yang sudah kami lalui, kami pikir kami tidak akan bisa melihat
keluar lagi. Mobil Tama terlihat masih terparkir manis didepan pagar rumah.
Kami segera bergegas menuju mobil dan mengambil snack dan minuman karena yang
terasa hanyalah lapar dan haus. Sambil menyantap, lelaki tadi yang minta
dipanggil Santo saja berbicara pada kami, “Makasih ya, kalau tidak ada kalian
mungkin saya sudah tamat didalam sana. Waktu pertama bertemu kalian, saya sudah
kehilangan akal saya karena hilangnya ingatan dan berusaha terus lari dari si
setan itu. Tapi kenapa kalian tidak mempedulikan peringatan yang saya tulis di
blog sebelum saya hilang ingatan?” Aku dan Tama bertatap muka lalu menjawab
pertanyaan Mas Santo. Kami jelaskan bahwa tulisan peringatannya di blog tidak
ada, hanya ada post mengenai rumah angker saja. Awalnya dia tidak percaya, tapi
setelah mengecek laptop dia akhirnya percaya sekaligus bingung.
“Temen
– temen, aku pernah inget fenomena kayak gini di sebuah game yang aku mainin.
Kayaknya kita tadi udah terseret ke dunia lain, dimana kalau kita terlalu lama
disana maka kita akan kehilangan ingatan, kehilangan arah dan tujuan karena
kita sudah mulai menyatu dengan dunia orang mati.” Kataku menurut pengetahuan
yang aku punya. Kawan – kawan, ingatlah selalu bahwa banyak bermain game tidak
membuatmu bodoh. Kemalasanlah yang membuatmu bodoh. Oke, kembali ke topik yang
tadi. Jadi apa yang di post mas Santo sewaktu berada di dunia lain itu tadi
tidak pernah ada di dunia kita, karena mungkin internetnya nggak nyampe sini kali
ya. Hmm... “Berarti kita beruntung bisa menemukan sumber penyeret kita kedalam
dunia lain dan berhasil memusnahkannya. Kalo ndak kemungkinan besar kita akan
terjebak selamanya di sana atau dibunuh hantu itu.” tambah Tama. Mas Santo menjawab “Yang lebih beruntung
ya saya ini mas, bisa bertemu dengan kalian. Sekali lagi saya berterimakasih
ya.”
Kami
berbincang banyak dan menceritakan hidup kami yang tadinya sempat hilang dari
ingatan kami. Mas Santo banyak bercerita tentang pengalaman yang menginspirasi
kami sebagai petualang dan juga tentang keluarganya. Istrinya yang bernama
Indri dan anaknya yang bernama Purnama Santi. Kamipun bercerita bagaimana kami
bisa sampai membaca blognya dan tertarik untuk mendatangi rumah angker itu.
Setelah berbincang cukup lama dan bertukar kontak, kami memutuskan untuk
melaporkan apa yang kami lihat di rumah itu kepada polisi via telepon umum tanpa
meninggalkan nama dan segera pulang ke alam masing – masing. Kami tidak mau
meninggalkan identitas karena sudah malas mengurusi perkara rumah itu tadi. Biar
pihak yang berwajib saja yang memecahkan kasus ini. “Mas Santo, mau ikut mobil
ndak?” Tawar Tama pada Mas Santo. Mas Santo menolak karena tempat tinggalnya
jauh dan tidak mau merepotkan. “Gapapa saya naek bis aja. Biasanya bis Sumber
Bencana sering lewat di jalan besar di perempatan sana. Saya biasa naik
angkutan umum kok.” Kamipun berpisah disitu. Sesampainya di kontrakan, Tama
langsung saja beli bubur kacang ijo untuk dimakan sambil berendam air hangat.
Somplak.
Tak
terasa sudah berjalan 1 minggu setelah kejadian tak terlupakan itu. Kami
akhirnya mengganti topik skripsi dan game buatan kami dari game horror menjadi
adventure dengan mengambil pengalaman berpetualang Mas Santo. Dia juga sudah
setuju untuk berbagi pengalaman dan referensi pada kami. Kehidupan kembali
normal, kembali ke rutinitas. Siapa sangka justru inilah yang kami inginkan?
Sesuatu yang membosankan tidak selamanya buruk. At least, itu karena kami sudah mengalami sesuatu yang jauh lebih
buruk.
Dan
jangan tanyakan pada kami apa yang sebenarnya terjadi pada Mas Supri jadi –
jadian itu atau apa yang sebenarnya terjadi di rumah angker jahanam itu. Atau
mengapa si syaiton bisa mengarang tentang Gojek. Kami tidak pernah tau, dan tidak
ingin tau. Apalagi kalau harus berhadapan lagi dengan kasus ini. Kami hanya
bisa berargumen. Mungkin si hantu dibunuh? Atau terjebak di tembok waktu rumah
dibangun? Biarlah semuanya tetap menjadi misteri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar