Rabu, 02 Desember 2015

Endless Night - Bab 4

Try to Escape!

“Disini kalian rupanya! Aduh, saya sangat parno, saya pikir kalian hilang!” Ternyata Mas Supri! Kami sangat lega sekaligus penuh tanda tanya saat melihatnya. “Ayo kesini mas! Saya tadi ndak sengaja menemukan sesuatu di kamar mandi!” Tanpa ba bi bu kami semua segera berlari ke kamar mandi dan melihat apa yang ditulis di blog. Sebuah potongan tulang kaki menyembul dari dalam tembok. Bahkan ada bau yang sangat menyengat. Mungkin saja berasal dari mayat didalam tembok itu. “Ini orangnya pasti dikubur didalam tembok! Ayo kita buka aja mas!” Kata Mas Supri sambil mencoba memukuli tembok dengan wastafel yang jatuh dilantai. Tiba – tiba Tama menyela dan berkata, “Mas Supri. Jujur saja saya merasa ada yang janggal dengan kamu mas. Kami menemukan barang – barang ini di atas, foto – foto di dalamnya adalah wajah mas, tapi namanya adalah Kurniawan Santo.” Mas Supri langsung menjawab, “Ah itu memang punya saya! Oh nama saya Kurniawan Santo ya? Saya lupa, kan semua lupa. Ha ha ha.” Mas Supri mau mengambil ranselnya tapi Tama menjauhkannya dan melanjutkan kalimatnya, “ Bukan cuma itu. Saya inget mas waktu mas bilang nama istri mas adalah Indri. Bukannya harusnya mas udah ndak inget tuh? 6 hari yang lalu saja Kurniawan Santo ini sudah kehilangan banyak ingatan, yang logikanya harusnya saat ini sudah kehilangan semua ingatan nama dan lain – lain. Orang kami aja sudah ndak inget nama siapapun kecuali nama kami sendiri.” Aku nggak menyangka Tama sudah memikirkan sejauh itu. Mendengar argumen Tama, bulu kuduk ku langsung berdiri.
Mas Supri hanya terdiam sambil menunduk. Kami mulai mengambil langkah mundur perlahan. Ini jelas – jelas tidak beres. “Gagal lagi. Gagal lagi. Aku cuma pengen punya tubuh saya sendiri mas. Aku bosan meminjam wajah orang.” Tiba – tiba kulit Mas Supri seperti terkelupas pelan – pelan dari tangan, wajah, lalu seluruh tubuh. Semua rambutnya rontok dan dagingnya perlahan membusuk dengan bau yang menyengat. Kami sadari inilah sosok bayangan hitam yang kami temui tadi dengan wujud yang lebih jelas. Inilah hantu yang sebenarnya. Mas Supri adalah hantu yang sebenarnya! “Ger pintu kamar mandinya ndak bisa dibuka! Ger!!” Tanpa mempedulikan kami yang sedang mendobrak – dobrak pintu, hantu ini membuka tirai bath tub dan telihatlah pemandangan yang sangat mengerikan. Tumpukan mayat yang beberapa masih baru dan beberapa sudah membusuk. Inilah sumber bau menyengat yang sebenarnya. Dengan suara parau, hantu berkata, “Kalian gabung sama mereka saja ya? Kumpulan orang – orang yang mengabaikanku.”
Hantu ini mendekati kami. Aku mengambil wastafel yang jatuh tadi dan mencoba memukul hantu ini. Tapi tidak berhasil, tembus! Yang tidak adil adalah meskipun begitu, si hantu masih bisa memegang kami bahkan mencekik kami berdua. Dia mengeluarkan pisau berkarat dari tumpukan mayat di bath tub seraya berkata, “Saya penggal saja ya, lalu kepala kalian saya pajang supaya saya ingat dan bisa memakainya sebagai wajah saya.” Aku sadar bahwasanya aku dan Tama ini memang rupawan sehingga wajah kami mau dipakai, tapi what the fak Gery?? Ini bukan saatnya memikirkan itu! Dengan terengah dan terbatuk – batuk, Tama berusaha membuka pintu lagi namun tak berhasil. Mungkin inilah akhir dari kami. Tamat sudah riwayat kami. Terlintas dimataku memori kehidupan yang masih tersisa. Aku ingat bagaimana aku dan Tama bertemu sewaktu SMP. Dimana Tama memanggil aku “Hey” karena tidak tahu namaku. Dan persahabatan kami yang berjalan sampai kuliah tingkat akhir. Perlahan nafasku mulai habis, tinggal menunggu saja kapan si hantu mau memotong leherku.
BRAK! Bukan itu bukan suara leher yang terpotong. Kalau leher yang terpotong bunyinya pasti “crot”. Ternyata pintu kamar mandi didobrak dari depan dengan kursi dan yang melakukannya adalah orang lusuh yang keluar dari lemari kamar tadi. Dia langsung melemparkan serbuk kearah kami dan si hantu. Si hantu itu menjerit dengan suara yang mendengung di telinga lalu menghilang. Saat serbuk itu mengenai wajahku dan masuk ke mulutku, rasanya asin. Ini adalah garam. “Kalian tidak apa – apa?” kata lelaki itu. Aku menjawab, “Hampir mati tadi, tapi tidak apa – apa sekarang. Kamu kok bisa tahu kalau garam bisa mengusir hantu?” Dia berpikir sedikit lalu menjawab, “Entah aku lupa apa judulnya, tapi aku pernah lihat seri di televisi kabel tentang 2 bersaudara perempuan pengusir setan yang menangkal setan dengan garam.” Aku masih ingat! Itu Seri Supranaturale! Aku langsung menjawab dengan semangat, “Itu Supranaturale! Kamu juga lihat toh?! Saya suka banget itu! Apalagi si Deanna, kakak perempuannya. Cantik  dan keren banget ya!” Obrolan fans pun muncul diantara aku dan lelaki lusuh ini. Dia juga menjawab dengan semangat dan kamipun menjadi dekat dalam sekejap mata. “Uh.. Teman – teman. Bagaimana kalau kita mencari jalan keluar dari sini mumpung hantunya sudah lenyap.” Lelaki itu menjawab, “Tidak! Dia tidak lenyap. Garam itu fungsinya cuma repellent.” Aku mengiyakan lalu menambahkan, “Iya Tam. Itu kayak misalnya LAUTAN, lotion anti nyamuk itu lho. Dia ndak mbunuh nyamuk kayak obat nyamuk semprot, tapi cuma bikin nyamuk menjauh sementara. Sewaktu – waktu syaiton tadi masih bisa balik!”
Kami harus berpikir cepat, kami harus menemukan cara untuk melenyapkan syaiton itu. Aku mendapat ide, “Bagaimana kalau kita lakuin cara memusnahkan setan kayak yang ada di Supranaturale. Garam saja berhasil untuk menangkal setan seperti di seri, mungkin saja hal yang lain juga!” Kamipun langsung menyusun strategi. Kalau sesuai dengan yang di seri, cara melenyapkan setan adalah membakar semua yang tersisa dari tubuhnya dengan minyak tanah dan garam. ”Inget yang dikatain si setan tadi Ger? Pas dia meminta kita mengeluarkan mayat dalam tembok? Dia bilang dia cuma pengen punya tubuh dia sendiri. Berarti mayat dalam tembok itu adalah dia!” Lah, tumben si Tama inget macem – macem nih. Biasanya dia selalu lupaan. Kami akhirnya membagi tugas. Aku dan Tama memecahkan tembok untuk mengeluarkan mayat itu dan lelaki itu mencari garam lagi di dapur dan juga minyak tanah, karena dialah yang lebih tau banyak mengenai rumah ini. Segera kami mengerjakan rencana kami.
Mayat yang kami pahat keluar dari tembok sudah 75% terlihat. “Sedikit lagi, Tam!” Dengan bersemangat sekaligus panik kami terus memahat dan memahat sampai kami mendengar suara teriakan si lelaki tadi dari arah dapur. “Tam kamu lanjutin dulu sebentar aku mau lihat itu kenapa si abang.” Aku segera berlari menuju dapur. Si hantu sudah kembali dan sedang mengejar – ngejar lelaki itu! “Bro! Ini minyak sama garemnya! Koreknya ada di dalam ransel saya di bagian sebelah kiri!” Lalu kami main lempar tangkap. “Sudah langsung bakar aja bro! Saya lari dulu! Salam Super!” Dia langsung berlari dan masih dikejar hantu tadi. Larinya kenceng juga. Pasti tontonannya Silver Ways. Itu lho acara motivasi yang pembicaranya Maria Tegar. Langsung saja aku kembali ke kamar mandi, dan ternyata Tama sudah selesai mengeluarkan mayat itu. Langsung kusiram dengan minyak, taburi dengan garam, dan sulut dengan api. Berasa barbekyuan nih.

Seluruh tubuh dari mayat ini sudah terbakar. Tiba – tiba saja terjadi gempa yang besar dan membuat kami bertambah panik. “Ayo Tam! Keluar dari sini! Belum sempat berlari jauh kami terjatuh karena begitu kuatnya gempa yang terjadi. Kulihat Tama terguling dan menabrak tembok, dan akhirnya tidak sadarkan diri. “ Tam! Kamu pingsan ya? Woy!!” Sungguh pertanyaan yang bodoh. Tapi tolong dimaklumi lah ya. Ini sedang situasi sulit nan rumit. Sang lelaki tiba – tiba muncul, berlari kearahku. Lalu tersandung kakiku dan jatuh pingsan juga. Naas lah ya. Di belakangnya hantu itu terbakar layaknya tubuhnya yang telah kami bakar. Berhasil seperti di seri Supranaturale. Lalu hal terakhir yang kuingat adalah ada benda yang terantuk ke kepalaku dan semua berubah menjadi gelap. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar