Rabu, 02 Desember 2015

Endless Night - Bab Terakhir

Try to Solve This

“Ger, bangun ger! Jangan mati!” Tama menggoyang – goyang tubuhku mencoba membangunkanku dari pingsanku. “Aku belom mati kampret!!” Kami masih berada dalam rumah angker bersama dengan lelaki yang menolong kami. Kulihat langit di luar jendela sudah terang. Terdengar suara mobil dan motor dari arah luar. Dari apa yang terasa saat ini sepertinya kami sudah selamat! Bravo! “Kita selamat teman – teman! Kita selamat!” Ujar sang lelaki. Untuk pertama kalinya kami bisa melihat wajah si lelaki itu dengan jelas. Wajah itu adalah wajah pemilik blog! Dialah Kurniawan Santo yang asli! Sebelumnya kami tidak menyadarinya disebabkan penampilannya yang sudah sangat lusuh dan penerangan yang sangat kurang di dalam rumah. Lalu yang kami sadari lagi adalah, ingatan kami sudah kembali! Kami sudah ingat tujuan kami untuk mencari referensi skripsi, keluarga kami, dan aku sudah ingat pacarku yang cantik, namanya adalah Lina. Kontak di HP, chat Yellowberry dan sebagainya sudah kembali.
Langsung saja kami mengambil semua barang kami dan keluar ke halaman rumah. Ya, sekarang kami sudah bisa keluar rumah! Hore! Kami menikmati indahnya pemandangan ilalang yang sebenarnya nggak indah – indah amat. Masa bodo lah ya, menurut kami itu indah karena apa yang sudah kami lalui, kami pikir kami tidak akan bisa melihat keluar lagi. Mobil Tama terlihat masih terparkir manis didepan pagar rumah. Kami segera bergegas menuju mobil dan mengambil snack dan minuman karena yang terasa hanyalah lapar dan haus. Sambil menyantap, lelaki tadi yang minta dipanggil Santo saja berbicara pada kami, “Makasih ya, kalau tidak ada kalian mungkin saya sudah tamat didalam sana. Waktu pertama bertemu kalian, saya sudah kehilangan akal saya karena hilangnya ingatan dan berusaha terus lari dari si setan itu. Tapi kenapa kalian tidak mempedulikan peringatan yang saya tulis di blog sebelum saya hilang ingatan?” Aku dan Tama bertatap muka lalu menjawab pertanyaan Mas Santo. Kami jelaskan bahwa tulisan peringatannya di blog tidak ada, hanya ada post mengenai rumah angker saja. Awalnya dia tidak percaya, tapi setelah mengecek laptop dia akhirnya percaya sekaligus bingung.
“Temen – temen, aku pernah inget fenomena kayak gini di sebuah game yang aku mainin. Kayaknya kita tadi udah terseret ke dunia lain, dimana kalau kita terlalu lama disana maka kita akan kehilangan ingatan, kehilangan arah dan tujuan karena kita sudah mulai menyatu dengan dunia orang mati.” Kataku menurut pengetahuan yang aku punya. Kawan – kawan, ingatlah selalu bahwa banyak bermain game tidak membuatmu bodoh. Kemalasanlah yang membuatmu bodoh. Oke, kembali ke topik yang tadi. Jadi apa yang di post mas Santo sewaktu berada di dunia lain itu tadi tidak pernah ada di dunia kita, karena mungkin internetnya nggak nyampe sini kali ya. Hmm... “Berarti kita beruntung bisa menemukan sumber penyeret kita kedalam dunia lain dan berhasil memusnahkannya. Kalo ndak kemungkinan besar kita akan terjebak selamanya di sana atau dibunuh hantu itu.” tambah  Tama. Mas Santo menjawab “Yang lebih beruntung ya saya ini mas, bisa bertemu dengan kalian. Sekali lagi saya berterimakasih ya.”
Kami berbincang banyak dan menceritakan hidup kami yang tadinya sempat hilang dari ingatan kami. Mas Santo banyak bercerita tentang pengalaman yang menginspirasi kami sebagai petualang dan juga tentang keluarganya. Istrinya yang bernama Indri dan anaknya yang bernama Purnama Santi. Kamipun bercerita bagaimana kami bisa sampai membaca blognya dan tertarik untuk mendatangi rumah angker itu. Setelah berbincang cukup lama dan bertukar kontak, kami memutuskan untuk melaporkan apa yang kami lihat di rumah itu kepada polisi via telepon umum tanpa meninggalkan nama dan segera pulang ke alam masing – masing. Kami tidak mau meninggalkan identitas karena sudah malas mengurusi perkara rumah itu tadi. Biar pihak yang berwajib saja yang memecahkan kasus ini. “Mas Santo, mau ikut mobil ndak?” Tawar Tama pada Mas Santo. Mas Santo menolak karena tempat tinggalnya jauh dan tidak mau merepotkan. “Gapapa saya naek bis aja. Biasanya bis Sumber Bencana sering lewat di jalan besar di perempatan sana. Saya biasa naik angkutan umum kok.” Kamipun berpisah disitu. Sesampainya di kontrakan, Tama langsung saja beli bubur kacang ijo untuk dimakan sambil berendam air hangat. Somplak.
Tak terasa sudah berjalan 1 minggu setelah kejadian tak terlupakan itu. Kami akhirnya mengganti topik skripsi dan game buatan kami dari game horror menjadi adventure dengan mengambil pengalaman berpetualang Mas Santo. Dia juga sudah setuju untuk berbagi pengalaman dan referensi pada kami. Kehidupan kembali normal, kembali ke rutinitas. Siapa sangka justru inilah yang kami inginkan? Sesuatu yang membosankan tidak selamanya buruk. At least, itu karena kami sudah mengalami sesuatu yang jauh lebih buruk.

           Dan jangan tanyakan pada kami apa yang sebenarnya terjadi pada Mas Supri jadi – jadian itu atau apa yang sebenarnya terjadi di rumah angker jahanam itu. Atau mengapa si syaiton bisa mengarang tentang Gojek. Kami tidak pernah tau, dan tidak ingin tau. Apalagi kalau harus berhadapan lagi dengan kasus ini. Kami hanya bisa berargumen. Mungkin si hantu dibunuh? Atau terjebak di tembok waktu rumah dibangun? Biarlah semuanya tetap menjadi misteri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar